Saturday, 1 November 2014

Kesenian Incling/ Kuda Lumping Kudo Wiromo Dari Desa TLOGOGUWO Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo

Standard
Riwayat singkat Kesenian Incling ini sebenarnya bersumber dari sebuah cerita yang terdapat di Jawa Timur dan khususnya Karesidenan Madiun yang berpusat di Ponorogo.
Adapun cerita ringkasnya adalah sebagai berikut :
  1. Di Ponorogo ada seorang bernama Suromenggolo, ia seorang yang sakti mandraguna. Dalam hidupnya ia mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Sarinten, ia adalah wanita yang sangat cantik sekali. Karena kecantikannya itu ia dilamar oleh seorang dari Trenggalek bernama Singalodra. Karena Sarinten tidak mau, maka Sarinten dibunuh oleh Singajaya atas perintah Singalodra.
  2. Karenanya marahlah Suromenggolo. Sehubungan dengan itu ia memasang umbul-umbul sebagai tanda menantang perang terhadap Singalodra. Umbul-umbul tersebut terlihat pula oleh Singalodra dan kawan-kawannya. Terjadilah peperangan.
  3. Dalam peperangan ini mereka masing-masing saling mengerahkan prajurit. Keduanya sangat kuat. Singalodra mengeluarkan kekuatannya/kesaktiannya dengan gigi siungnya, sedang Suromenggolo dengan kekuatan/kesaktiannya pada cemeti/pecut.
  4. Abdi-abdi Suromenggolo dalam keadaan yang demikian ini tidak dapat berbuat lebih bayak. Mereka hanya bimbang/bingung. Padahal seharusnya ia memihak pada bendara atau tuannya. Kadang-kadang ia menggambarkan peperangan ini bagaikan pertarungan ayam jantan (adu jago). Sebagai gambaran bahwa seekor ayam akan bertarung dengan gigihnya bahkan sampai matipun ia rela.
Dengan gambaran abdi-abdi yang demikian itu dapat ditangkap oleh kedua prajurit. Sehingga mengakibatkan peperangan semakin seru. Mereka masing-masing saling menggunakan kekuatan lahir : silat, pedang dan lain sebagainya. Kekuatan batin dengan berbagai macam ilmu kebatinan.
Demikianlah cerita singkat tentang Kesenian Incling Semagung yang diilhami dari cerita aslinya dalam cerita Singalodra melawan Suromenggolo.

SKENARIO TARI INCLING
  1. Penthul dan Bejer (Tembem) dengan menuntun Onclong keluar menuju arena pentas. Penthul dan Bejer adalah abdi Suromenggolo yang sedang menuntun kuda tuannya untuk latihan perang dalam menghadapi Singalodra. Onclong sebagai Suromenggolo membawa Cemethi sebagai pusaka. Sebelum dimulai gladen/latihan perang selalu didahului dengan manembah (nyembah/mangenjali) sebagai pertanda bahwa sebelum melakukan sesuatu harus mohon petunjuk kepada Tuhan pencipta alam semesta.
  2. Onclong memberi aba-aba dengan cemethi, para prajurit keluar menuju ke arena dengan berpacu naik kuda. Diikuti oleh barongan dan cepetan sebagai gambaran buron wana, yang hanya berfungsi sebagai rerenggan saja, bahwa di hutan pada waktu itu banyak sekali hewan-hewan.
  3. Semua prajurit turun dari kudanya selain/kecuali onclong. Dalam keadaan demikian ini Penthul dan Bejer mulai mengadu ayam (Adu Jago) yang dimainkan oleh Pemencak (2 orang) sebagai gambaran bahwa jago tidak kenal menyerah jika bertarung dengan lawannya. Melukiskan hal tersebut pada prajurit Suromenggolo yang tidak akan menyerah dan mundur sejengkalpun.
IV.  Atas perintah onclong semua prajurit naik kuda. Mereka bersama-sama mengadakan persiapan-persiapan dengan berbaris (barisan berkuda).
  1. Pemencak yang dalam hal ini sebagai pemimpin regu mulailah melaksanakan perang pedang. Perang dengan bersenjata tajam. Dengan semangat juan yang menyala-nyala, sinar matanya yang menunjukkan melawan setiap siasat musuhnya, maka bertarunglah dengan gigihnya. Penthul dan Bejer beserta Barong dan Cepet hanya sebagai suporter saja. Lebih-lebih Barongan dan Cepet , mereka juga saling bertempur walaupun hanya sedikit agak gegojegan.
VI.  Setelah semuanya siap siaga maka mulailah onlcong memberi aba dengan cemethi, agar semua prajurit mulai berangkat berperang melawan Singalodra. Dengan memacu kudanya mereka berangkat menuju ke medan laga. Tetapi karena semua prajurit menggunakan kuda, maka Penthul dan Bejer sangat ketinggalan. Mereka berdua lari sekuat enaga untuk mengejarnya.
JENIS IRINGAN YANG DIGUNAKAN OLEH KESENIAN INCLING
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
Angklung Kempul
Gong Suwuk
Bende
Kendang
Bedug
Kecrek
: sebanyak 3 buah : sebanyak 2 buah laras 5 dan 2
: sebanyak 1 buah laras 2
: sebanyak 2 buah laras 5 dan 3
: sebanyak 1 buah berfungsi sebagai pamurba irama
: sebanyak 1 buah berfungsi sebagai penegas langkah beksan
: sebanyak 1 pasang (2 kepingan) yang berfungsi sebagai penegas
langkah beksan dan atau keprak
Dalam mengiringi tarian Incling, iringan tidak mempunyai nama (istilah) nama iringan atau nama gendhing.
Buka dan suwuk sangat dutentukan oleh spontanitas dari para penabuhnya.
JENIS/NAMA TARIAN YANG DIPERGUNAKAN
1. 2.
3.
4.
5.
6.
Tanpa nama Balapan
Adu Jago
Baris
Perang gaman
Balapan
: Penthul dan Bejer membawa onclong keluar : Prajurit keluar seluruhnya
: Perang para prajurit yang diwakili oleh 2 orang pemencak
: Naik kuda dalam bentuk barisan
: Perang pedang dengan naik kuda
: Prajurit masuk
JENIS PAKAIAN YANG DIPERGUNAKAN
1. 2.
3.
4.
Onclong Prajurit
Penthul Tembem
Barongan
: baju dan celana hitam dengan menggunakan kain, sampur, keris dan berkaca mata. Kuda berleher panjang
: baju putih, rompi merah, celana hitam, berkain dibuat seperti
ekor ayam, sampur, keris, berkaca mata. Kuda hitam biasa
: baju sloncer, celana hitam, berkain, blangkon, topeng
: dua orang di dalam barongan bercelana hitam komprang

0 komentar:

Post a Comment