Saturday, 1 November 2014

Orang Rusia Kena Virus Kuda Lumping

Standard

Orang Rusia Kena Demam Kuda Lumping tidak Hanya Gangnam style yang Jadi virus Kuda Lumping-Pun bisa


Orang Rusia Kena Virus Kuda Lumping

HL | 23 December 2012 | 12:34Dibaca: 1655   Komentar: 0   7 menarik

Seringkali kebanyakan  orang memang kurang menghargai apa yang sudah dimiliki, yang ada,  tak dihargai, yang tak ada,  dicari-cari, sudah dimiliki terkadang disia-siakan, aneh memang. Itu masih hal biasa, tapi kalau hal yang dimiliki kemudian diakui pihak lain, barulah mencak-mencak, demontrasi besar-besaran, ini pun masih biasa, yang lebih repot lagi, sudah demontrasi masih memaki-maki, tidak berusaha intropeksi diri, mengapa tak menghargai apa yang sudah dimiliki? Kebanyakan orang memang demikian adanya, apa mau dikata?
Tapi biarkan mereka, mari kita lihat pihak lain, dalam hal ini orang Rusia, seperti juga negara-negara Barat lainnya, mereka tertarik dengan yang serba tradisionil, sudah banyak yang saya tulis tentang orang Rusia yang mencintai sesuatu yang “berbau” tradisionil, kali ini tentang Kuda Lumping.  Iya, Kuda Lumping yang tahunya masyarakat kebanyakan adalah  “kuda” yang tukang makan beling atau makan pecahan kaca, karena memang dalam seni tradisionilnya  seperti itu.
Dan siapa yang menyangka bahwa tarian Kuda Lumping itu membawa nama besarPengeran Diponegoro ketika melawan Belanda, dalam riwayat lain juga berhubungan dengan perjuangan Raden Patah ketika melawan Belanda, juga ada yang menceritakan tentang perjuangan Sultan  Hamengkubowo I ketika melawan pasukan Belanda. Jadi sebenarnya dalam sejarahnya tarian Kuda Lumping menggambarkan tentang para prajurit-prajurit perang yang gagah berani melawan para penjajah.
Makanya dalam gambaran tarian Kuda Lumping yang biasanya diiringi  gamelan Jawa bersuasana energik, tak diam, sangat dinamis dan kaya akan gerakan. Kuda yang tak pernah diam, kuda yang terus bergerak mengejar musuh-musuhnya, dalam hal ini Belanda. Jadi sebenarnya gambaran yang ingin ditampilkan dalam Kuda Lumping adalah gerak yang dinamis, bukan kisah-kisah mitos yang tak dapat dipertanggungjawabkan.
135623990019015379
Bukan hanya laki-laki Rusia, gadis Rusia pun tertarik dan ikut bergerak naik Kuda Lumping, coba ditanya mau tidak anak gadis Indonesia ikut main kuda lumping dengan kesadaran sendiri. Photo by Syaripudin Zuhri.
Masalah kemudian berkembang menjadi Kuda Luping makan beling, itu persoalan lain.  Itu sebenarnya hanya alat untuk mempertahankan tarian Kudang Lumping ini yang sering kali direndahkan oleh bangsa sendiri. Kuda Lumping, juga Jatilan adalah tarian tradisionil bangsa Indonesia yang memikat. Beberapa  tahun lalu sempat Reog Ponorogo,  yang di dalamnya ada tarian Kuda Lumping, tampil membawa misinya di Rusia, memperkenalkan tarian ini pada masyarakat Rusia dan mendapat sambutan yang hangat. Orang Rusia sudah kena”virus”  Kuda Lumping.
Orang Rusia sampai tak habis berpikir ketika bohlam dan silet dikunyah oleh pemain Kuda Lumping dimakan seperti orang makan krupuk, yang begitu garing dan renyah, serenyah orang makan krupuk, orang Rusia menyebutnya chip, apapun jenis kerupuknya disebut chip.  Jadi tarian Kuda Lumping yang awalnya  menggambarkan para pejuang kemerdekaan melawan penjajah Belanda, kini menjadi tontonan rakyat kebanyakan, yang pemainnya tiga atau empat orang saja.
Padahal jika dikembangkan dengan kreasi baru dan tak terpaku pada pakem yang sudah ada, tarian kuda lumping bisa dibuat massal, bisa ditarikan dengan puluhan orang yang “berkuda”, ya persis pasukan berkudanya Pangeran Diponegoro, Raden Patah atau Sultan Hamengkubowono I, cucut buyutnya Sultan Hemengkubowono  X sekarang ini, mengapa tak dicoba dari pihak keraton Jogyakarta untuk mencoba membuat tarian Kuda Lumping yang massal, yang menceritakan perjuangan rakyat Indonesia mengusir penjajah Belanda! Atau mungkin sudah ada, hanya saya yang tak mengetahuinya. Kalau ada, nanti bisa dikemas dan dipromosikan ke dunia internasional, sekaligus menarik wisatawan dari mancanegara, jangan sampai orang asing tahunya hanya Bali, Bali dan Bali.
1356241927394329027
Semangat tarian Kuda Lumping yang lincah, energik dan dinamis menular ke orang Rusia. Photo by Syaripudin Zuhri.
Jadi dikemas semacam tarian Saman dari Aceh, yang sudah mendunia, bukan tarian Kuda Lumping yang makan beling, yang kesannya hanya hiburan semata, mengharapkan saweran para penonton di jalan-jalan, di pasar-pasar, di stasiun-stasiun dan lain sebagainya, Coba digambarkan oleh para kareografer tradisionl yang berkolaborasi dengan kareografer modern untuk mengangkat tarian Kudang Lumping ini menjadi sebuah tarian yang heroik, yang menggambarkan keberanian, kegagahan, dan tak kenal takut para prajuri melawan penjajah Belanda.
Biarkan hal tersebut menjadi  tantangan bagi para kareografer, mari kita kembali ke orang Rusia, yang bukan hanya menonton tari Kuda Lumping, tapi mereka pun terlibat di dalamnya, ya tiga orang Rusia, dua orang laki-laki dan seorang gadis Rusia, ikut menari Kuda Lumping dan mereka sangat menikmatinya. Mereka  menyukai hal-hal yang tradisionil dari Indonesia, bukan hanya tarian Kuda Lumping, jenis tarian seperti tari Bali, tari kecak, Barong dan lain sebagainya, juga Tari Saman dari Aceh, tari Jaipong dari Jabar dan lain sebagainya. Juga wayang kulit, iya,  mereka sampai repot-repot mengadakan pameran wayang kulit di musium ketimuran beberapa waktu yang lalu dan mencetak dan menceritakanpara tokoh wayang dalam bahasa Rusia dalam  bentuk kartu seukuran dua kali poscard!
Siapa yang peduli dengan wayang kulit? Siapa yang peduli pada Kuda Lumping,jangan-jangan ketika ada acara wayang kulit dan tarian Kuda Lumping di  TV,  sebagian besar penonton atau pemirsa  akan ganti saluran dalam hitungan detik! Apa lagi pada generasi muda, wah itu ga “main”,  ga “macho”, ga”level” dan berbagai istilah lainnya, iya…kebanyakan generasi muda seakan kehilangan jati diri bangsa, kurang menghargai apa-apa yang berbau tradisionil, kurang menghargai kesenian atau tarian tradisionil, sebagian besar sudah”termakan” budaya Barat yang hingar bingar, silahkan dibuktikan atau dibuat semacam survey atau penelitian kecil-kecilan, benar tidak mereka, generasi muda, kurang mencintai kesenian atau tarian tradisionil Indonesia? Nah,  kalau mereka tak suka bagaimana?  Kalau bukan kita bangsa Indonesia yang mencintai seni budaya sendiri, lalu siapa?

1 comment:

  1. This post is very beneficial to inspire nationalist spirit young children Indonesia. Especially love the traditional cultures native to Indonesia is increasingly faded.

    ReplyDelete